MAKING INDONESIA 4.0 (IBD)
Untuk merevitalisasi industri
manufaktur, indonesia berkomitmen mempercepat implementasi 4IR. Inisiatif
making indonesia 4.0 memveri potensi besar untuk melipatgandakan produktifitas
tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan daya saing global dan mengangkat
mangsa pasar ekspor global. Ekspor yag lebih tinggi akan membuka lebih banyak
lapangan pekerjaan sehingga konsumsi domestik menjadi lebih kuat dan indonesia
dapat menjadi salah satu dari 10 besar ekonomi dunia.
Indonesia
berencana menjadi salah satu 10 kekuatan ekonomi besar didunia berdasar PDB
2030. Sejauh ini indonesia telah merasakan pertumbuhan ekonomi sehat dengan PDB
yang terus menanjak sebanyak 11 tingkat dari posisi 27 ditahun 2000 sampai
posisi 16 ditahun 2016 berkat konsumsi dan investasi domestik yang kuat.
Kedepannya indonesia akanmenggali ekspor netto-nya sebagai pendorong ekonomi
dengan memperbaiki produktifitas dan penerapan inovasi industri. Indonesia
pernah menjadi salah satu negara ekspor netto tertinggi ASEAN namun itu menurun
dalam beberapa waktu terakhir dengan berkurangnya angka ekspor netto
(presentase PDB) dari 10% ditahun 2000 menjadi 1% ditahun 2016. Targetnya
adalah mencapai ekspor entto 10% pada 2030.
4IR mencakup kecerdasan buataun (AI), Internet of thing (IoT), Wearables,
robotika canggih, dan 3D Printing. Indonesia berfokus pada 5 sektor utama untuk
penerapan awal dari teknologi tersebut yaitu pangan, tekstil, otomotif, kimia,
dan elektronik. Sektor ini dipilih menjadi fokus setelah melalui evaluasi
dampak ekonomi dan kriteria kelayakan implementasi yang mencakup ukuran PDB,
perdagangan, potensi dampak terhadap industri lain, besaran investasi, dan
kecepatan penetrasi pasar. Indonesia akan mengevaluasi strategi dari setiap
fokus sektor setiap tiga sampai empat tahun untuk meninjau kemajuannya dan
mengatasi tantangan pelaksanaannya.
Pangan : membangun industri F&B
powerhouse di ASEAN.
Tahun 2016 sektor ini berkontribusi 29% dari PDB
Manufaktur, 24% ekspor manufaktur, menyerap 33% tenaga kerja sektro manufaktur.
Dibading negara lain, sektor pangan Indonesia memiliki potensi lebih besar
didukung sumber daya pertanian yag berlimpah dan permintaan domestik yang
besar. Strategi untuk pangan 4.0 : mendorong produktifitas disektor hulu yaitu
pertanian, peternakan, dan perikanan melalui penerapan dan investasi teknologi
monitoring otomatis dan autopilot drones. Lebih 80% tenaga kerja industri ini
bekerja di UMKM termasuk petani dan produsen skala kecil, indonesai akan
membantu UMKM sepanjang rantai nilai untuk mengadopsi teknologi guna
meningkatkan hasil produksi dan mangsa pasar mereka. Berkomitmen berinvestasi
pada produk makanan kemasan untuk menangkap seluruh permintaan domestik dimasa
mendatang seiring dengan peningkatan permintaan. Meningkatkan ekspor dengan
memanfaatkan akses terhadap sumber daya pertanian diskala ekonomi domestik.
Tekstil : menuju produsen functional
clothing terkemuka.
Tahun 2016 sektor ini berkontribusi 7% dari PDB
manufaktur, 15% dari ekspor manufaktur, 20% dari tenaga kerja manufaktur.
Sektor ini merupakan kontributor ekspor manufaktur terbesar kedua diIndonesia.
Adopsi 4IR sektor ini akanmembuat Indonesia mampu memepertahankan dan
meningkatkan daya saingnya dipangsa pasar global. Strategi tekstil 4.0 :
meningkatkan kemampuan sektor hulu fokus pada produksi serat kimiawi dna bahan
pakaian dengan biaya rendah dan kualitas tinggi untuk meningkatkan daya saing
global. Meningkatkan produktifitas manufaktur dan buruh melalui penerapan
teknologi, optimalisasi lokasi pabrik serta peningkatan ketrampilan, seiring
dengan pertumbuhan ekonomi dan pergeseran permintaan pakaian dasar menjadi
pakaian fungsional. Membangun kemampuan produksi functional clothing.
Meningkatkan skala ekonomi untuk memenuhi permintaan functional clothing yang
terus berkembang baik dipasar domestik maupun ekspor.
Otomotif : menjadi pemain terkemuka
dalam ekspor ICE dan EF.
Didukung pasar domestik serta investasi kuat
perusahaan otomotif terkemuka, indonesia ingin menjadi produsen otomotif terbesar
ASEAN. Indonesia sat ini menjadi eksportir terbesar kedua ASEAN, walaupun
produksi kendaraan masih bergantung impor bahan baku mentah (logam, kimia)
maupun komponen elektronik lainnya. Seiring penetrasi kendaraan listri (EV)
dunia yang meningkat tajam pada 2020, indonesia akan fokus dalam mendukung
pengebangan EV. Strategi otomotif 4.0 : menaikan produksi lokal dalm hal
volume. Efisiensi produksi bahan baku dan komponen penting melalui adopsi
teknologi dan pengembangan infrastruktur. Bekerjasama dengan perusahaan OEM
dunia untuk miningkatkan ekspor dangn fokus pada multi-purpose vehicles
(MPV), kendaraan murah ramah lingkungan, dan Sport utility
vehicles (SUV). Membangun ekosistem untuk industri EV mulai dengan
kemampuan manufaktur sepeda motor listrik kemudian kemampuan mobil listrik
berdasar adopsi EV yang tak terelakan dimasa depan.
Kimia : menjadi pemain terkemuka di
industri biokimia.
Dasar industri manufaktur karena produknya digunakan
secara luas oleh sektor manufaktur lainnya. Penguatan sektor industri kimia
sangat penting untuk dapat membangun industri manufaktur yang dapat bersaing
secara global. Saat ini Indonesia masih erada ditahap pengimpor bahan kimai
dasar. Indonesia akan memperluas kapasitas dan membangun kemampuan untuk menjadi
ekportir dan produsen bahan kimia spesialis. Dengan memakai sumber daya
pertanian yang melimpah sebagai salah satu modal membangun keunggulan produksi
produk biokimia yang berdaya saing. Strategi industri kimia 4.0 : mendorong
pembangunan kapasitas pasokan petrokimia dalam negeri untuk mengurangi
ketergantungan impor. Membangun industri kimia dengan biaya kompetitif dengan
memanfaatkan sumberdaya migas dan optimalisasi lokasi zona industri termasuk
pembangnan lokasi produksi kimia lebih dekat dengan lokasi ekstrasi gas alam,
dan mengadopsi teknologi untuk mempercepat kegiatan penelitian dan
pengembangan. Mendorong produktifitas dan mengebangakan kemampuan produksi
kimia generasi berikut dalam produksi biofuel dan bioplastik.
Elektronik : mengembangkan kemampuan
pelaku industri domestik.
Industri elektronik Indonesia masih berkembang dan
bergantung impor komonen dan produksi lokal dari pemain global. Produksi lokal
masih terkonsentrasi pada perakitan sederhana dan belum banyak terlibat proses
yang bernilai tambah. Strategi elektronik 4.0 : Menarik pemain global
terkemuka. Mengembangkan kemampuan produksi komponen elektronik bernilai
tambah. Mengembangkan kemampuan tenaga kerja dalam negeri melalui pelatihan
intensif dan menarik tenaga kerja asing dibidang tertentu yang dibutuhkan.
Mengembangkan pelaku industri unggulan dalam negeri yang berkompeten untuk
mendorong inovasi lanjutan dan mempercepat transfer teknologi.
Indonesia mendorong 10 prioritas nasional dalam inisiatif
“Making Indoensia 4.0”. hampir seluruh sektor manufaktur Indonesia menghadapi
tantangan yang serupa mulai dari ketersediaan bahan baku domestik hingga
kebijakan industri. Beberapa faktor yang menghambat industri seringkali
bersifat sektoral. Oleh karenanya, Making Indonesia 4.0 memuat 10 inisiatif
nasional yang bersifat lintas sektoral untuk mempercepat perkembangan industri
manufatur Indonesia. 10 prioritas nasional tersebut adalah : Perbaikan
alur aliran barang danmaterial, Desain ulang zona industri, Mengakomodasi standar-standar
keberlanjutan (sustainability), Memberdayakan UMKM, Membangun infrastruktur
digital nasional, Menarik minat investasi asing, Peningkatan kualitas SDM,
Pembangunan ekosistem inovasi, Insentif untuk investasi teknologi, dan
Harmonisasi aturan dan kebijakan.
Komentar
Posting Komentar